Minggu, 10 Februari 2008

Pendidikan Berkualitas Mungkinkah?

Pendidikan Berkualitas Mungkinkah?
Oleh: Mukodi, S. Pd.I

Sekolah berkualitas identik dengan tingginya biaya pendidikan. Itulah fakta yang selama ini terjadi. Padahal pendidikan berkualitas tidaklah harus mahal, meskipun kita tidak menutup mata bahwa terwujudnya pendidikan berkualitas membutuhkan sumber dana yang cukup. Namun demikian, kualitas pendidikan tidak hanya diukur dengan mahalnya biaya pendidikan. Alih kata, terwujudnya kualitas pendidikan bukan hanya ditentukan dan dicipta melalui tingginya biaya pendidikan an-sich.
Menurut hemat penulis, setidaknya ada lima kata kunci untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Pertama, sekolah harus memiliki visi dan misi untuk meraih prestasi/mutu yang tinggi. Visi dan misi sekolah merupakan batu pijakan yang harus bisa dilaksanakan eksistensinya secara operasional. Sehingga visi dan misi sekolah bukan hanya sekedar slogan/kata mutiara, melainkan impian dan harapan yang harus diperjuangkan.
Kedua, hadirnya pendidik (guru) yang berkualitas. Pendidik yang berkualitas merupakan keniscayaan di tengah keterpurukan kualitas pendidikan dewasa ini. Sebab ditangan pendidik yang profesionallah keterbatasan sarana-prasana bisa disulap menjadi kelebihan yang luar biasa. Sehingga tak heran, jika ungkapan the man behind the gun dialamatkan padanya.
Ungkapan di atas tersebut, menggambarkan bahwa keahlian dan kepiawaian seseorang menggunakan dan memegang senjata, sangat menentukan keunggulan dan kedahsyatan sebuah senjata. Pengajar dalam hal ini pendidik adalah the man yang akan menentukan keberhasilan dan kualitas pendidikan, melalui sarana dan prasarana (the gun) yang dimiliki sekolah. Bergulirnya wacana sertifikasi pendidikan bagi tenaga edukatif membuka sedikit angin segar akan terwujudnya tenaga pendidik yang berkualitas.
Ketiga, adanya kurikulum pendidikan yang berbasis realitas. Tak dipungkiri, bahwa kurikulum yang baik adalah kurikulum yang relevan dengan kebutuhan masyarakat lokal setempat. Terciptanya kurikulum berbasis realitas ini diharapkan akan mampu menciptkan lapangan kerja bagi masyarakat sekitar. Dengan demikian, proses pendidikan yang dicapai nantinya benar-benar dibutuhkan oleh masyarakat. Kurikulum seperti ini bisa diwujudkan dari muatan lokal sekolah, sehingga muatan lokal sekolah yang ada harus diterjemahkan ke dalam mata pelajaran yang relevan dengan kebutuhan. Lahirnya kurikulum KBK dan KTSP dewasa ini, setidaknya bisa menjadi langkah awal bagi terciptanya kurikulum berbasisi realitas ini.
Keempat, lembaga pendidikan harus senantiasa memperluas relasi dan networking. Relasi dan networking merupakan dua entitas yang sangat menentukan dalam lapangan kerja. Diakui atau tidak, dunia pendidikan sekarang ini mau tidak mau harus mengikuti logika “pasar” (keinginan masyarakat). Apalagi jika mengacu pada konsep Total Quality Management (TQM), jelas sekali disebutkan bahwa persekolahan harus memperhatikan apa yang diinginkan dan yang dibutuhkan oleh pelanggan atau pengguna jasa pendidikan. Sehingga semakin banyak relasi dan networking sebuah lembaga pendidikan akan senantiasa bisa suvive. Setidaknya sekolah bisa memperkenalkan peserta didiknya sejak dini, bagaimana cara sekolah membangun relasi dan mencari relasi dengan baik.
Kelima, adanya kebijakan subsidi silang bagi anak-anak yang kurang mampu. Kebijakan subsidi silang ini menjadi sangat penting, terutama untuk mensyiasati agar anak-anak yang kurang mampu tetap bisa bersekolah. Sehingga pihak sekolah harus bisa memetakan dan memilah, siapa wali murid yang dikenakan biaya pendidikan tinggi, sedang, rendah bahkan digratiskan. Dengan demikian, semua kalangan akan bisa mendapatkan aksesibilitas pendidikan sebagaimana amanat Undang-Undang 1945, tak terkecuali anak-anak dari keluarga miskin.
Dengan terpenuhinya kelima hal tersebut, niscaya kualitas pendidikan di sekolah-sekolah akan menjadi lebih baik. Perlu dipahami, bahwa kualitas pendidikan di sebuah lembaga pendidikan bukan hanya diukur dengan tingginya nilai hasil UAN dan UASDA semata. Melainkan bagaimana sekolah mampu membekali peserta didiknya menjadi manusia yang siap hidup di masyarakat, dan siap menciptakan lapangan kerja bagi sesama.
Sungguh melalui pendidikan yang berkualitaslah dunia pendidikan kita akan mencetak manusia yang berkualitas. Oleh sebab itu, untuk mempercepat terwujudnya pendidikan berkualitas, harus diupayakan rekayasa oleh semua pihak. Bukankah tanggung jawab untuk menciptakan sekolah yang berkualitas tidak hanya tugas dan tanggung jawab sekolah dan pemerintah semata? Melainkan tanggung jawab kita bersama? Akhirnya, dengan pendidikan yang berkualitas semoga bangsa ini bisa bermartabat dan berdaulat, baik dipentas nasional maupun internasional sejajar dengan bangsa-bangsa lain.[]

* Penulis adalah mahasiswa S2 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta.

Tidak ada komentar: