Minggu, 10 Februari 2008

Hindarkan Siswa dari Ajaran Sesat

Hindarkan Siswa dari Ajaran Sesat
OLeh: Mukodi*
Diposting dari Koran Banjar Masin Post

Sungguh maraknya pelbagai aliran baru dalam Islam, tidak hanya meresahkan kaum muslimin, namun juga meresahkan institusi di lembaga-lembaga pendidikan, khususnya di lembaga pendidikan Islam. Terlebih tatkala MUI telah menfatwakan aliran-aliran tersebut sebagai aliran sesat, sebut saja aliran Al-Qiyadah Al-Islamiyah yang didirikan oleh Ahmad Moshaddeq alias H. Salam, aliran Ahmadiah yang dipimpin Mirza Gulam Ahmad, aliran Lia Tuhan Eden yang dipimpin Lia Aminuddin, aliran Al-Quran Suci, dan aliran Salamullah. Keresahan itu dipicu oleh perbedaan syahadat, perbedaan ajaran dalam tata cara pelaksanaan peribadatan, seperti tidak mewajibkan pelaksanaan sholat lima waktu, puasa dan haji. Bahkan puncaknya, beberapa diantara para pendiri aliran-aliran tersebut mengklaim dirinya sebagai nabi baru setelah Nabi Muhammad Saw.
Tak ayal lagi, lembaga pendidikan yang selama ini dipercayai oleh para orang tua untuk mendidik, membimbing, dan mengarahkan anak-anak mereka menjadi resah. Sebab di satu sisi, sekolah harus mengejar target kurikulum yang sudah ditetapkan, di sisi lainnya sekolah harus membentengi peserta didiknya dari aliran-aliran sesat. Persoalannya kemudian, bagaimana langkah dan strategi sekolah dalam menyikapi fenomena ajaran-ajaran sesat tersebut? Pertanyaan semacam ini acapkali diperbincangkan oleh para guru, bahkan ada beberapa sekolah yang secara khusus mengelar rapat untuk menyikapi aliran-aliran sesat yang berkembang di masyarakat sekitar.
Menurut hemat penulis, setidaknya ada tiga langkah yang bisa dilakukan sekolah untuk menghidarkan peserta didiknya dari aliran-aliran sesat, yaitu:
Pertama, sekolah harus mengintruksikan kepada para guru, khususnya guru-guru agama untuk senantiasa mengingatkan peserta didiknya akan bahaya laten dari aliran-aliran sesat yang berkembang. Sebab menurut ilmu psikologi, peserta didik mulai dari tingkatan SD sampai SMA termasuk dalam kategori masa-masa rawan. Masa dimana anak sedang melakukan proses pencarian identitas, sehingga emosi dan perkembangan libidonya sangat kuat. Oleh karena itu, guru harus jeli membaca situasi dan kondisi perkembangan psikologi peserta didiknya agar oknum-oknum yang tidak bertanggung jawab tidak bisa memanfaatkan kelemahan kondisi peserta didik untuk menyebarkan aliran-aliran sesat. Terlebih betrdasarkan data yang dihimpun oleh sejumlah media elektronik menemukan, sekitar 60 % anggota aliran-aliran sesat adalah para pelajar dan mahasiswa dan 40 % sisanya berasal dari masyarakat kelas ekonomi menengah ke bawah (baca: media).
Kedua, lembaga sekolah harus berkoordinasi dengan para orang tua untuk memantau perkembangan peserta didik, baik mengenai proses perkembangan belajarnya maupun perkembangan keagamaannya. Sehingga dialog dan komunisi antara guru dan wali murid harus lebih diintensifkan. Hal ini bisa dilakukan misalnya, dengan cara silaturrahmi antara wali murid dan guru yang dibingkai dengan pengajian rutin yang diadakan oleh pihak sekolah. Dengan begitu, perkembangan peserta didik dapat dipantau secara optimal dan berkelanjutan.
Ketiga, sekolah harus bekerja sama dengan masyarakat sekitar untuk mengantisipasi masuknya aliran-aliran sesat. Bagaimana pun juga peranan masyarakat sekitar tidak bisa dipisahkan dari pendidikan, termasuk dalam menghalau masuknya aliran-aliran sesat. Namun perlu diingat, menghalau masuknya aliran-aliran sesat tidak harus dilakukan dengan cara-cara kekerasan dan tindakan anarkis, melainkan harus tetap menjunjung tinggi prinsip-prinsip kemanusiaan. Sehingga apabila masyarakat menemukan jamaah-jamaah yang menyimpang dari ajaran keagamaan, hendaknya dilaporkan kepada pihak yang berwenang.
Ketiga langkah tersebut, pada hakikatnya mengacu pada konsep Tri Pusat Pendidikan yang digagas oleh Ki Hajar Dewantara yang menyebutkan bahwa pendidikan dibangun melalui tiga pilar, yaitu pilar keluarga, sekolah, dan masyarakat. Dengan demikian, konsep tersebut bisa digunakan pula untuk menghindarkan peserta didik dari pengaruh aliran-aliran sesat yang menyesatkan pemahaman keberagamaan dewasa ini.

* Penulis adalah praktisi pendidikan, studi lanjut di S2 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Tidak ada komentar: