Minggu, 10 Februari 2008

Buku dan Prestasi Siswa

Buku dan Prestasi Siswa
Oleh: Mukodi, S.Pd.I *

Diposting dari Koran Kedaulatan Rakyat
Rencana dinaikkannya dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) terkait dengan alokasi buku pelajaran tahun 2007 di DIY dari Rp. 20.000/buku naik menjadi Rp.22.000/buku patut disyukuri dan disambut gembira (KR, 18 Desember 2006). Pertanyaannya kemudian, Mampukah di masing-masing sekolah memanage dan mendistribusikan anggaran buku secara tepat? Siapkah sekolah meningkatkan prestasi hasil belajar siswa? Dan siapkah siswa memanfaatkan fasilitas yang telah diberikan secara maksimal?
Ada sejumlah asumsi pendukung dari pertayaan-pertanyaan di atas. Satu di antaranya adalah semakin lemahnya daya baca para siswa di sekolah. Hal ini bisa dicermati secara sederhana, dengan melihat rendahnya jumlah pinjaman buku para siswa di perpustakaan setiap minggunya. Hampir bisa dipastikan di pelbagai perpustakaan sekolah mulai dari tingkat SD sampai SMA pengunjungnya relatif sepi. Dan parahnya buku-buku yang ada hanya dijadikan alat kelengkapan sekolah semata, tidak menjadi bagian dari sumber wawasan dan informasi yang harus dimiliki oleh siswa. Sehingga tidak aneh habis semester ya habis pula membaca bukunya, selesai UN selesai pula buku-buku pelajarannya. Ada yang sengaja membuang buku-buku di tempat sampah, dibuat bermain, bahkan ada yang sengaja dibakar. Prilaku-prilaku semacam ini hendaknya harus segera sikapi oleh para guru dan wali murid. Sebab kalau tidak, dikemudian hari bisa menjadi preseden buruk bagi kualitas siswa.
Sungguh laporan yang diterbitkan oleh Trends in International Mathematics and Sciences Study (TIMSS: 2003) yang menempatkan para siswa SLTP kelas dua di Indonesia diposisi ke 34, jauh dibawah Singapura dan Malaysia yang masing-masing menempati urutan pertama dan kesepuluh merupakan indikasi betapa rendahnya kualitas siswa kita secara komunal. Realitas yang memukul dunia pendidikan kita ini, menjadi semakin lengkap, apabila kita kaitkan juga dengan laporan dari UNDP yang telah dipublikasikan. Dimana berdasarkan laporan Human Development Index (HDI). Negara kita hanya mampu berada di peringkat 111 dari 175 negara. Diperparah rendahnya kualitas SDM, kualitas manusia Indonesia jauh tertinggal dari Singapura (25), Brunei (33), Malaysia (58), Thailand (76), dan Filipina (83). Bahkan lebih rendah dari negara-negara "terbelakang" seperti Kirgistan (110), Guinea-Katulistiwa (109), dan Aljazair (108).
Fenomena rendahnya kualitas pendidikan saat ini sesungguhnya bisa diatasi, diantaranya dengan memenuhi buku pelajaran yang berkualitas. Sehingga rencana Dinas Pendidikan DIY pada tahun 2007 menaikkan anggaran dana BOS buku adalah alternatif solutif yang harus didukung dan disyukuri. Sebab dengan adanya BOS buku jam pelajaran di sekolah lebih efektif. Apalagi, pasca gempa bumi melanda di DIY banyak orang tua wali murid yang tidak mampu membeli buku bacaan untuk anaknya. Disamping itu, buku merupakan sumber pengetahuan sekaligus sebagai jendela dunia. Terbukti pada tahun 2006 anak-anak Indonesia bisa menempati prestati yang memukau dibidang fisika dengan memperoleh 4 emas, 1 perak, 5 perunggu bahkan Yoshua Michael Maranatha dari Yogyakarta ditetapkan sebagai Absolute Winner. Ini semua merupakan suatu bukti bahwa bimbingan dan binaan secara kontinu oleh para guru profesional didukung dengan sumber belajar (buku-buku) yang berkualitas bisa meningkatkan prestasi siswa.
Semoga rencana naiknya dana BOS buku tahun depan bisa menjadi kenyataan. Sehingga proses belajar-mengajar di sekolah bisa menjadi lebih efektif dan berkualitas. Akhirnya melalui buku bacaan kita berharap prestasi siswa bisa semakin baik dan berkualitas menuju bangsa yang bermartabat dan berdaulat dimata internasional.[].

* Penulis adalah praktisi pendidikan, studi lanjut di S2 UIN Yogyakarta

Tidak ada komentar: