Minggu, 10 Februari 2008

Dongeng, Tradisi yang Hilang?

Dongeng, Tradisi yang Hilang?
Oleh: Mukodi*
Dimuat di Majalah Candra Yogyakarta

Dulu sewaktu zaman tak semaju sekarang, banyak orang tua terbiasa mendongengi anak-anaknya, baik menjelang mereka tidur maupun di waktu-waktu luang. Berbagai kisah pun diceritakan oleh para orang tua. Mulai dari kisah legenda, seperti si kancil yang cerdik ataupun si singa ‘sang raja hutan’ bahkan sampai kisah-kisah nyata keseharian.
Kegiatan mendongeng seperti itu sudah menjadi bagian dari kebiasaan masyarakat, bahkan menjadi trend budaya kemasyarakatan. Sayangnya, seiring perkembangan teknologi yang serba canggih, tradisi mendongeng sudah mulai memudar, bahkan bisa dikatakan sudah punah, layaknya binatang "dinosaurus" yang meningkalkan kita.
Maraknya tayangan dongeng yang menghiasi kaca-kaca TV sekarang ini, disinyalir membuat para orang tua mulai meninggalkan “ritual” mendongeng, disamping kesibukan mereka dalam keseharian. Terlebih sinetron dan film di TV seakan telah memberikan warna baru dihati anak. Tak heran jika anak-anak lebih tertarik untuk melihat tayangan TV, ketimbang mendengarkan dongeng dari kedua orang tuanya.
Bila dicermati lebih dalam, hilangnya tradisi mendongeng saat ini tentunya tak hanya disebabkan oleh kemunculan dongeng-dongeng di layar kaca. Akan tetapi juga disebabkan oleh hilangnya kesadaran orang tua akan pentingnya mendongeng bagi anak-anak.
Parahnya lagi, perkembangan teknologi juga ikut menyeret kesibukan anak-anak untuk bermain dengan aneka permainan elektronik. Akibatnya, interaksi antara anak dan orang tua pun semakin renggang. Kerenggangan ini bisa jadi akan terus berlanjut sampai si anak menginjak dewasa.
Alhasil, anak-anak dewasa di generasi teknologi ini kurang akrap dengan orang tuanya. Kalau hal ini sampai benar-benar terjadi, akan menjadi bumerang dikemudian hari. Hal ini dipertegas oleh pendapat sejumlah kriminolog yang mengatakan, maraknya kriminalitas dan kenakalangan para pelajar akhir-akhir ini salah satunya disebabkan karena hilangnya keharmonisan antara para orang tua dan anak-anaknya.
Imajinasi dan Daya Kritis Anak
Tak disangkal, bahwa kegiatan mendongeng sesungguhnya memiliki dampak positif yang sangat kaya akan "petuah". Mendongeng bukanlah sekedar bercerita, yang hanya membuang-buang waktu. Akan tetapi mendongeng bisa dijadikan sarana untuk mendidik dan menyampaikan pesan-pesan moral kepada anak-anak. Sekaligus bisa menjadi salah satu metode dalam mendidik anak.
Ada beberapa sisi positif dari kegiatan mendongeng. Pertama, dongeng bisa membangun imajinasi anak sejak dini. Melalui dongeng, anak akan berusaha membuat gambaran konkret dalam pikirannya tentunya dari dongeng yang ia dengarkan. Misalnya, anak mencoba membayangkan sosok manusia yang tampan dan baik hati ataupun si kancil yang cerdik, yang mampu mengalahkan penguasa-penguasa hutan.
Daya berpikir imajinasi seperti ini, pada akhirnya akan membantu anak dalam mengembangkan kreatifitasnya. Namun perlu disadari bahwa tidak semua dongeng baik untuk perkembangan imajinasi anak. Contohnya cerita tentang hantu atau makhluk halus tidak begitu bagus untuk psikologis anak.
Menurut para pakar kejiwaan, bahwa cerita-cerita tentang hantu sesungguhnya memiliki dampak negatif terhadap perkembangan mental psikis anak. Anak-anak yang sering mendengar cerita tentang hantu berpotensi besar menjadi seorang yang penakut alias berjiwa kerdil. Untuk itu, dibutuhkan kreatifitas dan kecerdasan orang tua dalam memilih dongeng yang baik untuk membangkitkan imajinasi dan kreatifitas anak.
Kedua, dongeng bisa mengakrapkan antara anak dan orang tua. Tak diragukan lagi bahwa kegiatan mendongeng merupakan salah satu bentuk komunikasi yang baik antara anak dan orang tua. Kegiatan mendongeng pun bisa menjadi momentum yang tepat bagi orang tua untuk menjalin keintiman dengan anak.
Sentuhan, belaian dan dekapan yang diberikan orang tua dikala mendongeng, merupakan bentuk cinta kasih yang nyata pada anak. Sehingga anak merasa semakin dekat secara emosional dengan orang tuanya. Tentunya kedekatan seperti ini, kiranya sulit ditemukan pada momen-momen yang lain.
Ketiga, dongeng bisa menumbuhkan daya kritis anak. Kegiatan mendongeng pada hakekatnya sangat membantu anak dalam mengembangkan daya kritisnya. Dimana dalam proses mendongeng akan terjadi komunikasi secara langsung antara anak dan orang tua. Misalnya anak mencoba mempertanyakan kejadian-kejadian yang belum pernah ia temui atau belum dapat dipahami.
Proses tanya jawab semacam ini pada akhirnya akan menumbuhkan daya kritis anak terhadap suatu permasalahan. Yang tidak kalah penting adalah anak mulai berani untuk belajar berbicara dan berani berdialog dengan lawan bicaranya. Hal ini tentunya berbeda dengan melihat dongeng dan film di televisi, yang hanya terjadi dialog satu arah.
Di sisi lain, dongeng juga sangat berperan dalam mengembangkan kepribadian anak. Melalui dongeng sesungguhnya banyak pesan moral bisa disampaikan pra orang tua tanpa harus mendikte si anak. Melihat arti pentingnya mendongeng bagi anak, sudah saatnya kita hidupkan kembali “ritual” mendongeng sebagai salah satu metode dalam mendidik anak. Wallahu a’lam bisshawaf.

* Penulis adalah pemerhati anak, studi lanjut di S2 UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Tidak ada komentar: