Minggu, 10 Februari 2008

Me-Rolling Guru, Menyegarkan?


Me-Rolling Guru, Menyegarkan?
Oleh: Mukodi, S.Pd.I


Beberapa hari yang lalu, Diknas Pendidikan Kota Yogyakarta berencana akan melakukan rolling terhadap guru/kepala sekolah di lingkungan Kota Yogyakarta (KR, 11 Januari 2008). Bagi sebagian guru kebijakan me-rolling ini tentunya merupakan "persoalan" baru. Mengapa demikian? Karena rolling alias mutasi masih dianggap sesuatu yang tabuh. Bahkan tak sedikit yang beranggapan bahwa rolling berkonotasi negatif. Asumsi-asumsi semacam inilah sejatinya yang perlu dibenahi dan dirubah,--kalau tidak--bisa menjadi preseden buruk di kemudian hari.
Perlu dipahami, bahwa rolling guru/kepala sekolah yang dilakukan Diknas Kota Yogyakarta, nantinya bertujuan untuk peningkatan mutu sekolah. Di samping, sebagai wahana bagi pemerataan kualitas guru. Bukan diakibatkan karena adanya kelakuan yang kurang baik oleh seorang guru, sehingga ia harus dipindah tugaskan. Bahkan dalam pelbagai teori manajemen disebutkan, bahwa kebijakan rolling/pendelegasian staf merupakan suatu kebutuhan yang lazim dilakukan. Tindakan ini dilakukan untuk me-refresh atau menyegarkan suatu institusi pendidikan/perusahaan.
Secara filosofis kebijakan ini sesungguhnya mengisyaratkan adanya konsistensi keseriusan pemerintah terhadap perbaikan mutu sekolah. Strategi rolling semacam ini biasanya juga dikembangkan dalam manajemen mutu terpadu suatu perusahaan. Persoalannya kemudian adalah sejauhmana pemerintah nantinya dapat mengidentifikasi dengan baik sosok guru/kepala sekolah yang dianggap berkualitas? Maukah guru/kepala sekolah untuk dipindah-tugaskan? Siapkah sekolah ditinggalkan oleh sosok guru/kepala sekolah yang berkualitas?
Pertanyaan semacam ini merupakan suatu kewajaran, mengingat kebijakan me-rolling guru/kepala sekolah adalah kebijakan publik. Menyangkut hajat kepentingan stakeholder sekolah, pelanggan jasa pendidikan (masyarakat) dan juga pemerintah. Sehingga pemindahan guru/kepala sekolah yang berkualitas dari sekolah satu ke sekolah lainnya, nantinya akan terhambat pada adanya upaya tarik-menarik antara pihak sekolah dan pemerintah.
Di satu sisi, sekolah bersama komite sekolah akan merasa berkepentingan untuk mempertahankan semaksimal mungkin sosok guru/kepala sekolah yang berkualitas. Di sisi lainnya, pemerintah dengan berbekal kewenagannya akan berusaha meminta guru/kepala sekolah yang bersangkutan untuk mau pindah, agar bisa memberdayakan sekolah lain yang dianggap "kurang berdaya." Belum lagi, kalau misalnya guru/kepala sekolah tersebut, bersikukuh ingin tetap bertahan di sekolah tertentu, dengan dalih ia masih ingin mengabdi dan sekolah pun masih membutuhkan eksistensinya di sana.
Dengan demikian, sebelum kebijakan me-rolling guru/kepala sekolah benar-benar diberlakukan, sebaiknya Pemerintah Kota Yogyakarta melakukan forecasting atau peramalan secara mendalam. Sekaligus mengupayakan adanya alternatif solutif lainnya, sebab kebijakan me-rolling guru/kepala sekolah, kalau kita petakan dalam teori kebijakan Dunn (1994: 146) termasuk dalam kategori moderatly structured. Yakni permasalahan yang berada dilevel pertengahan, kebijakan yang melibatkan banyak pihak yang berkepentingan.
Namun terlepas dari hal itu, menurut hemat penulis wacana me-rolling guru/kepala sekolah yang akan dilakukan oleh Diknas Kota Yogyakarta merupakan kebijakan populis. Di samping sebagai gebrakan positif, setelah pemerintah berhasil meregrouping 15 SD pada tahun 2007 yang lalu. Kebijakan ini dikatakan populis, karena kebijakan ini berusaha memberdayakan sekaligus menyetarakan kualitas tenaga pendidik di sekolah dasar yang sampai sekarang dirasa masih timpang.
Sungguh pun demikian, niat baik dan keinginan baik Diknas Kota Yogyakarta tersebut, hendaknya dilakukan dengan mekanisme yang baik pula. Jangan sampai kebijakan yang populis ini nantinya ternoda dengan prosedur yang kurang bijak. Sebagai warga masyarakat yang baik, tentunya kita berkewajiban ikut menyengkunyung kehendak yang baik pemerintah. Akhirnya, semoga kebijakan me-rolling guru/kepala sekolah ini benar-benar dapat menyengarkan kita semua, khususnya menyegarkan kualitas pendidikan di persekolahan, semoga.[]

* Penulis adalah praktisi pendidikan di Yogyakarta.

Tidak ada komentar: